Senin, 16 April 2012

MURID BERTANYA, GURU MENJAWAB




Menanggapi banyaknya permintaan dari sebagian murid-murid saya yang berfaham wahabi tentang masalah tahlilan, perkenankan saya yang awam ini memberikan sedikit penjelasan

Berbicara masalah tahlil, ada beberapa pendapat yang perlu dicermati
1. Anggapan bahwa tahlilan itu bid’ah yang menyesatkan, sehingga dapat menyeret pelakunya ke dalam api neraka
2. Anggapan bahwa tahlilan itu adalah sebuah kegiatan yang di dalamnya mengandung unsur tasyabbuh (menyerupai) orang agama Hindu
3. Anggapan bahwa dzikir bersama-sama itu hukumnya haram
4. Anggapan bahwa memberi sedekah pasca kematian salah seorang anggota keluarga itu haram
5. Anggapan bahwa tahlilan itu tidak pernah dilakukan baik Nabi, sahabat, hingga ulama madzhab empat dan diasumsikan bahwa itu dilarang hingga menyebabkan yang melakukannya masuk ke dalam neraka
Sebagai seorang guru dengan berbagai macam murid, saya harus sabar. Terutama murid-murid saya yang berfaham wahabi. Mereka memang nakal-nakal dan suka cari-cari masalah. Namun demikian saya berusaha melayani mereka sebaik-baiknya
Sebenarnya tahlilan itu adalah serangkaian ibadah yang tertata secara rapi supaya gampang diikuti kaum muslimin, khususnya orang yang masih awam
Di dalam pelaksanaan tahlilan, ada berbagai ibadah yang semua dalilnya sudah jelas. Contohnya:
1. Pembacaan Yasin
2. Membaca kalimat tahlil
3. Membaca beberapa ayat suci Al-Qur’an
4. Sedekah
5. Ceramah agama (ta’lim)
Saya rasa dalil dari ke-5 hal di atas tidak usah saya perinci dengan tujuan supaya pembaca tidak bosan
Dengan demikian, pertanyaan yang pertama sudah saya jawab, bahwa tidak ada bid’ah dalam tahlilan
Jawaban pertanyaan kedua, apakah tahlilan itu tasyabbuh dengan orang hindu?
Saya jawab tidak, karena orang hindu tidak pernah mengucapkan kalimat Laa Ilaaha Illallah, apalagi mau tahlilan seperti umat Islam. Ini jelas tidak mungkin, lha wong baca qur’an saja tidak bisa, masak mau tahlilan
Trus, ada lagi murid saya yang bertanya, kok pake tujuh hari, 40 hari, hingga 1000 hari? Saya jawab, hal itu terserah masing-masing orang. Yang mau tahlilan hari ke 8,9,10,14, hingga 2000 hari juga gak masalah. Akan tetapi adanya tujuh hari hingga seribu hari sebagaimana lazimnya agar masyarakat yang mengikuti tahlil tidak bingung. Istilahnya diorganisir secara rapi. Kalaupun ada yang mau melaksanakan di luar kebiasaan pada umumnya, tidak jadi soal. Tapi akibatnya nanti jangan kecewa kalau yang diundang banyak yang tidak dating karena bingung
Jadi dalam masalah ini tidak ada unsur tasyabbuh dengan orang hindu. Kalau ada yang bilang tasyabbuh itu berarti memaksakan pendapat tasyabbuh (mentasyabbuh-tasyabbuhkan). Tasyabbuh itu terjadi ketika kita dengan sengaja meniru-niru budaya orang diluar islam dengan niat supaya serupa dengan mereka
Terakhir, masalah apakah Nabi dan para sahabat termasuk ulama madzhab empat melakukan tahlilan? Saya jawab tidak. Namun nabi dan ulama empat madzhab tidak melarang kita melakukan serangkaian ibadah sunnah dan diatur agar rapi.
Murid saya bertanya lagi, kan itu namanya bid’ah?? Saya jawab, bid’ah itu kalo kita mengada-adakan ibadah baru. Seperti menganggap condolezza rice sebagai tokoh yang wajib diperingati ultahnya, berziarah pada paus di vatikan, dan mengikuti fatwa-fatwa aneh seperti akhwat boleh menyusui ikhwan, nikah tanpa wali dan tidak boleh membela kaum muslimin di palestina
Semoga pelajaran hari ini membuat murid-murid saya puas.



16.04.2012

http//SUFIDEMAK.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar